Seseorang datang kepada
saya mengeluhkan pasangannya yang tampak tidak dapat memaafkan atas kesalahan
yang dia perbuat. Padahal katanya dia sudah berulang kali menjelaskan alasan mengapa
hal itu dia lakukan. Setiap kali selesai menjelaskan diakhiri dengan meminta maaf.
Tetapi pasangannya itu tak kunjung menerima dan menghindar membahasnya. Kini ia
putus asa, merasa sia-sia meminta maaf dan tak guna lagi hidup bersama dalam perkawinan,
selain putus asa ia juga merasa tertekan. Memang meminta maaf sepertinya lebih mudah
dari pada memaafkan. Mengapa demikian? Mungkin perlu ditelaah bagaimana cara Anda
meminta maaf baik dengan bahasa verbal
maupun bahasa tubuh Anda. Bahasa adalah alat komunikasi bukan?
Pertama, meminta maaf adalah
mengekspresikan perasaan menyesal atas perbuatan yang menyebabkan timbulnya emosi
negatif pada orang lain dan karenanya Anda merasa bertanggungjawab atas perasaannya
itu. Dalam hal ini hindari mengatakan seperti contoh ini: "Kamu marah ya sama saya? Maafin saya yah".
Rubahlah cara menyatakannya menjadi: "Maafkan
saya sudah menyakiti hati kamu".
Kedua, hindari menjelaskan
hal ihwal perbuatanmu dan menyampaikan
alasan, sebab Anda tidak dapat mencari pembenaran dibalik permohonan maafmu.
Ini namanya membela diri. Pasangan Anda akan merasa jengkel. Misalnya Anda mengatakan:
"Maafin saya, soalnya .....” dan
seterusnya, atau contoh lain, “Memang saya
yang salah, tetapi .......”.
Ketiga, mintalah maaf tanpa
berharap dia memaafkanmu. Ketika Anda sudah meminta maaf itu sudah cukup untuk menyatakan
penyesalan. Anda tidak perlu mengulang- ngulang dengan harapan dia segera memaafkanmu.
Namun sadarilah bahwa ini saatnya Anda memahami perasaannya bahwa dia butuh lebih
banyak waktu untuk memaafkan Anda. Mungkin juga meyakinkan dirinya sendiri untuk
menerima atas segala yang telah terjadi.
Keempat, ketahuilah sesungguhnya
meminta maaf adalah sikap tanggungjawab Anda pada perasaan Anda sendiri bukan pada
perasaannya. Namun jika dia tidak dapat memaafkan itu adalah pilihannya sendiri.
Dengan demikian Anda membebaskan jiwa Anda dari kemelut rasa bersalah yang dapat
merusak kesehatan Anda baik fisik maupun batin. Membiarkan keberadaan rasa
bersalah memupuk penderitaan tumbuh menjadi beban hidup. Oleh karenanya meminta
maaf juga bagian dari proses penyembuhan luka batin dan Anda
terbebas dari beban hidup. Lebih dalam lagi, ketika meminta maaf berarti Anda sedang
menghidupkan nilai cinta kasih terhadap diri sendiri dan pasangan Anda.
(Rani A. Dewi, Couple Relationship Therapist and Living
Values Education Trainer)