Ulasan kisah film “LUNCH BOX”
Tulisan saya ini mengulas kisah romantika perkawinan pasangan India dari film yang berjudul "Lunch
Box", film India yang menarik paling tidak bagi saya dan beberapa kawan. Ulasan kisah “Lunch Box” atau saya terjemahkan
secara bebas "Rantang Kebahagiaan" ini saya analisa menurut Psikologi
Perkawinan dan Spiritualitas.
RANTANG KEBAHAGIAAN
Ada yang menggelitik dalam benak
saya tentang film ini. Simbol-simbol yang disuguhkan sangat abstrak meskipun
nampak sangat nyata bagi saya apa masalah dibalik simbol-simbol itu. Kekayaan
simbol dalam film ini akan menuntun penonton menginterpretasikan simbol-simbol
tersebut secara bebas.
Soal rantang yang kesasar
itu ada buntutnya, lagi-lagi kisah cinta. Saya mencoba mendekati film ini dengan
cara sederhana karena begitu nampak jelas dalam film ini, suatu polemik tentang
kehidupan dua rumah tangga yang berisi kesunyian dan kesepian. Kesunyian
Fernandes sang duda dan kesepian seorang istri, bernama Illa.
Illa sadar hati suaminya sudah tidak bersamanya lagi. Illa tak
lagi menjadi seorang permaisuri di hati suaminya. Tak ada lagi percakapan yang
hangat meskipun Illa selalu mencoba untuk menghangatkan percakapan. Suami Illa
seolah dingin membisu, kaku, dan membeku sebab percakapan dan sentuhan hangat
dari Illa tak lagi berarti. Seketika Illa menyadarinya dan tersungkur dalam
lembah kehampaan dan kesunyian. Karena tak ada lagi yang mampu mengubah keadaan
di saat cinta telah kehilangan maknanya. Pasrah dalam kesunyian satu-satunya
tempat pelarian terindah dalam penderitaan.
Di tempat yang berbeda, Fernandes sudah sejak lama berada dalam
kesendirian. Istri tercinta sudah "pergi pulang" lebih dulu. Sejak
saat itu, Fernandes telah kehilangan senyum dan tawa lirihnya.
Kisah ini bermula ketika Illa dan Fernandes dipertemukan akibat
dilanda kesunyian dan kesepian oleh Rantang Kebahagiaan di alam imajinasi. Seorang
istri, bernama Illa berada di sudut kesepian. Suami sibuk bekerja dan terjebak
dalam cinta yang gelap. Setiap hari Illa selalu berusaha merenggut hati
suaminya. Ia selalu bersemangat menyediakan makan siang untuk suaminya dan
mengemas makanan tersebut dengan cinta dalam Rantang Kebahagiaan. Petugas
pengantar rantang selalu tepat waktu menjemput rantang tersebut untuk
diantarkan ke tempat suaminya bekerja.
Tapi takdir berkata lain, meskipun agen pembawa rantang bekerja
sangat profesional, namun kemungkinan kesalahan bisa saja terjadi. Ternyata
rantang makanan siang suaminya tak sampai di atas meja kerja suaminya.
Apa ini kebetulan? Sepengetahuan saya, tak ada peristiwa
kebetulan yang terjadi di alam ini. Alam telah mengatur semuanya, siapa ketemu
siapa dan apa ketemu apa. Alam ini selalu merespon apa yang kita pikirkan dan
rasakan, dan energi yang paling kuat adalah saat manusia memiliki harapan yang
tinggi atau kegalauan yang tinggi di lain waktu.
Jadi tak heran mengapa rantang itu sampai ke meja Fernandes.
Semesta merespon kegalauan Fernandes disebabkan mendekati masa pensiun dan
hidup dalam kesendirian. Setiap malam Fernandes menyelami kesepian dan
kesunyiannya dalam kesendirian. Tentu bukan perpaduan yang elok antara pensiun
dan kesepian.
Intinya ada dua orang yang beresonansi secara metafisik dan alam
pun membantu mempertemukannya dengan caranya sendiri. Jadi meskipun rantang itu
secara fisik salah alamat tapi secara metafisik rantang itu tidak salah, sebab
alam sedang merespon dan mendekatkan dua orang yang galau.
Jadi apa sesungguhnya yang terjadi pada Illa? Rumah tangga Illa
sedang retak. Mungkin “bunga Mawar” cinta tak bersemi lagi di dalam rumahnya.
Tak ditemukan lagi kebersamaan apalagi kehangatan.
Berkaca dari studi-studi psikologi perkawinan, umumnya,
perkawinan dimaknai sebagai sarana untuk menemukan kebahagiaan. Padahal
filosofi perkawinan bukan itu. Perkawinan bukan untuk mencari kebahagiaan.
Perkawinan adalah satu institusi atau wadah dimana dua orang,
perempuan dan laki-laki, bergabung, memikat janji, atau mendirikan sebuah
ikatan dalam pernikahan resmi untuk berbagi kebahagiaan yang telah ada di dalam
dirinya sebagai anugerah. Jadi tak heran kalau banyak pasangan yang menjalani ‘unconscious marriage’, karena mereka
menikah untuk tujuan mendapatkan kebahagiaan. Oleh sebab itu, menikah bukan
untuk mencari kebahagiaan karena sejatinya manusia terlahir sudah membawa
kebahagiaan. Sehingga dalam hidup bersama setiap individu diharapkan dapat
saling berbagi kebahagiaan.
Di lain sisi ketika dua orang menikah, suami dan istri tanpa
disadari membawa hidden agenda yaitu
ingin menyembuhkan luka hati di masa kanak-kanak akibat dari kebutuhan atau
keinginan yang tidak terpenuhi semasa kanak-kanak dari tokoh pengasuhnya (orang
tua), di antara kebutuhan tersebut antara lain; kebutuhan untuk dibelai,
dipeluk, dilayani, disayangi, dicintai, dan dipahami serta diperhatikan.
Mereka berharap akan mendapatkannya dari teman hidupnya.
Kebutuhan ini tersimpan di dalam bawah sadar sekian lamanya. Ketika seseorang
tidak mendapatkannya, dia akan merasa kosong, hampa, dan tidak bahagia. Lalu
bagaimana dengan Fernandes? Pensiun sudah dekat dan akan dilewatinya dalam
kesendirian dengan rasa sunyi. Dia terlihat tidak siap terbukti ketika bosnya
memperkenalkan calon penggantinya. Ia kerap menunjukkan sikap tak bersahabat
kepadanya. Bahkan tidak siap memberikan tugas pada calon penggantinya kelak.
Namun berkat Rantang Kebahagiaan yang salah alamat itu, hidup
Fernandes berubah. Setiap siangnya adalah siang yang ditunggu-tunggu. Hatinya
berdebar-debar bergelora setiap kali berada di depan rantang makan siangnya.
Keceriaan selalu nampak di wajahnya. Adrenalin naik dan hal tersebut memberikan
motivasi, energi, serta keceriaan di wajahnya. Karena dalam rantang itu ada
kebahagiaan dalam bentuk surat. Surat itu adalah coretan keindahan jiwa Illa,
sederhana namun mampu menghapus dahaga kerinduan.
Kebahagiaan sudah ada di dalam diri setiap manusia. Namun perlu
pemantik agar kebahagiaan tersebut teraktualisasi di dalam diri. Pemantik itu
bisa dari lingkungan, orang lain, pasangan, dalam bentuk sikap dan perbuatan
serta perilaku yang ditunjukkan sebagai manifestasi kebahagiaan.
Hingga suatu saat, Fernandes dan Illa sudah saling merindu untuk
bertemu. Saling berbagi keresahan melalui surat menyurat sudah tak mampu
menghilangkan dahaga gelora kerinduan. Akhirnya mereka berdua bertemu di suatu
restoran dekat stasiun kereta api. Namun apa yang terjadi? Klimaks film ini
karena pertemuan tidak terjadi meskipun mereka berdua tiba tepat waktu di
restoran tersebut.
Saat pertama kali melihat wajah Illa di restoran itu, Fernandes
hanya mampu duduk berdiam diri di sudut restoran sambil memandang wajah Illa
dari kejauhan. Keindahan wajah Illa dengan usia semuda itu akhirnya
mengurungkan langkah Fernandes untuk menyapanya. Fernandes menyadari usianya
jauh di atas usia Illa. Seolah Fernandes tak ingin mengubah imajinasi Illa
tentang dirinya. Ia mampu mengendalikan dirinya dalam gelora asmara yang hampir
tak mungkin dibendung. Fernandes berhasil tidak menghampirinya.
Kejadian kemarin memaksa Fernandes harus menerima rantang kosong
dari Illa keesokan harinya. Di sini lagi-lagi seorang manusia menunjukkan
ketidakbahagiaan dan menggantungkan harapan pada orang lain. Akhirnya keduanya
tak pernah bertemu langsung secara fisik dan masing-masing memilih jalan
sendiri dalam meraih kebahagiaan. Illa pergi ke Bhutan dan Fernandes pergi ke
Nasik, kota dimana Fernandes dibesarkan.
Menjelang akhir film, Illa masih mengharapkan pertemuan dalam
ungkapan sebuah kalimat, “kereta yang salah dapat mengantarkanmu menuju stasiun
yang benar”. Illa sedang mengandaikan dirinya dengan rantangnya. Tak apa
menjalani sesuatu yang salah, toh pada akhirnya akan membawa kita pada tujuan
yang sama, yakni meraih kebahagiaan.
Rantang sebagaimana kereta hanyalah media yang dikirimkan alam
agar mereka menemukan kebahagiaan di dalam dirinya. Sebab setiap manusia telah
dibekali kebahagiaan yang menyatu di dalam dirinya. Bahkan manusia adalah
kebahagiaan itu sendiri. Manusia dan kebahagiaan bukan dua entitas yang
terpisah. Ketika seorang manusia menyadari siapa dirinya, maka kesendirian
bukanlah masalah.
~ Rani Anggraeni Dewi ~
Couple Relationship Therapist
Tidak ada komentar:
Posting Komentar