Kemanakah Mojang Priangan dan Putri Solo?
Dra. Rani Anggraeni Dewi, M.A
Dahulu orang mengenal sebutan khusus
bagi perempuan dari daerah tertentu seperti misalnya Mojang Priangan bagi gadis Sunda atau Putri Solo bagi gadis Jawa. Penyebutan
tersebut bisa jadi dikaitkan juga dengan streotipe,
termasuk cara berpakaian. Dari cerita-cerita rakyat, diketahui baik Mojang Priangan maupun Putri Solo secara fisik menggunakan busana kebaya, rambut
digelung atau rambut panjang indah terurai. Tetapi apa yang mau saya sampaikan
di sini bukan soal cerita rakyat namun soal transformasi budaya.
Ketika remaja, saya termasuk
perempuan yang senang memakai baju tradisionil. Biasanya pada waktu memperingati
Hari Ibu, RA. Kartini
atau Proklamasi Kemerdekaan. Di sekolah kami merayakannya dengan berbagai kegiatan
termasuk lomba pakaian daerah. Hingga memiliki dua anak pun saya masih juga
berpartisipasi peragaan busana daerah di kantor. Berkebaya bagi saya, yang Mojang Priangan, merupakan moment yang
membanggakan. Rasanya saya tampil beda dan very special, sebab dikenakan
pada hari yang khusus. Termasuk hari lebaran pun saya merasa lebih afdol
bila memakai busana sarung dan kebaya pada saat sungkeman kepada orang tua.
Belakangan saya mengamati tradisi
ini sangat langka. Kini
anak-anak gadis lebih suka ber-jeans dan ber-tengtop atau pakaian
sportif lainnya yang modis. Kadang kebaya dikenakan dengan celana jeans. Awalnya
saya mengira fenomena ini hanya terjadi di kota-kota besar, tetapi ternyata
merambah pula sampai ke daerah-daerah pelosok. Pemandangan ini saya temukan
ketika saya kebetulan sedang tugas riset ke kampung-kampung. Sebagian
perempuan Muslim
ketika menggunakan kain kebaya, mereka melengkapi dengan jilbab bukan dengan sanggul atau konde. Sepertinya hal
ini tidak terjadi hanya di pulau Jawa namun juga di daerah lainnya misalnya di
Aceh, Sumatera. Saya terkesan sekali dengan kostum yang dipakai oleh para
wanita pejuangnya salah satunya Cut Nyak Dien, terlihat ada sentuhan maskulin
namun tetap anggun dan feminin. Sekarang kemanakah semua ini?
Mungkinkah dikemudian hari kita
hanya dapat melihat Mojang Priangan dan Putri Solo seperti yang diceritakan dalam cerita-cerita
rakyat kelak hanya berupa mannequin yang akan kita temukan hanya di museum-museum? Membayangkan situasi ini timbul kerinduan saya sebagai perempuan
Indonesia yang Mojang Priangan itu. Tentu tidak dimaksudkan untuk berbangga
hati dengan identitas fisik, namun bagaimana kita mau mengatakan cinta tanah
air jika kita tidak mampu mempertahankan keorisinilan tradisi budayanya. Ini
baru soal pakaian bagaimana dengan soal lainnya? Seperti apakah ciri-ciri bangsa
Indonesia dikemudian hari? Bahagiakah Anda menjadi bangsa Indonesia? Satu hal
yang saya yakini, seseorang merasa bahagia ketika dia dapat menjadi dirinya
sendiri.[]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar